International Social Networking

Free File Hosting

Selasa, 30 Juni 2009

Mungkinkah Kiamat Sudah Dekat?

Perubahan iklim yang dirasakan manusia akhir-akhir ini mebuat negara-negara di belahan dunia termasuk indonesia berfikir untuk menanggulangi bencana kelaparan dan kekeringan. Kepala Bidang Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup Indonesia, Dadang Hilman, MA mengungkapkan hal itu dalam suatu seminar di Medan, Minggu (21/6).
Diramalkan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara yang rentan terhadap bahaya tersebut. Beberapa tahun lalu Indonesia dinobatkan sebagai negara yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia, namun saat ini negara kita ini tidak jauh beda dengan negara-negara lain di belahan dunia. Hal ini terjadi karena Illegal Logging yang tidak terkendali di Indonesia. Pemerintah sudah tidak mampu mencagah hal tersebut, sehingga dampaknya mulai dirasakan oleh mayoritas masyarakat kota. Kemungkinan pemanasan global itu akan menimbulkan kekeringan dan curah hujan ekstrim yang pada gilirannya akan menimbulkan resiko bencana iklim yang lebih besar pada berbagai belahan dunia. Di Indonesia selama periode 2003-2005 terjadi 1.429 bencana. Sekitar 53,3 persen adalah bencana terkait dengan hidro-meteorologi. Banjir adalah bencana yang sering terjadi atau sebanyak 34 persen dan diikuti bencana longsor sebanyak 16 persen.
Hal tersebut sebagai akibat peristiwa efek rumah kaca yaitu terperangkapnya radiasi matahari yang seharusnya dipancarkan kembali ke angkasa luar namun tertahan oleh lapisan akumulasi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Berbagai tindakan aktif untuk mencegah terjadinya perubahan iklim dan mengurangi dampak pemanasan global dapat dilakukan dengan upaya penurunan emisi GRK.
Selain itu juga telah dilakukan berbagai kebijakan seperti di bidang kehutanan dengan penanggulangan illegal logging, rehabilitasi hutan dan lahan, serta konservasi, restrukturisasi sektor kehutanan, pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan, penanggulangan dan pencegahan kebakaran hutan dan sebagainya. Jika hal ini tidak dilakukan, kemungkinan datangnya kiamat hanya tinggal menghitung hari. Sebagai manusia yang menghuni bumi ini, mari kita mulai kesadaran dari diri sendiri untuk menyelamatkan bumi kita. Dengan berbagai cara dapat kita lakukan seperti mengurangi penggunaan gas-gas berbahaya yang menimbulakan emisi ke atmosfer.

Jumat, 26 Juni 2009

Bulan semakin Menjauhi Bumi

Kemungkinan satu sampai dua juta tahun ke depan, keturunan umat manusia tidak akan menyaksikan lagi wajah sang bulan. Fakta saat ini menunjukkan bahwa bulan sebagai satu-satunya planet bumi kita semakin menjauh dari bumi. Hal ini dikemukakan NASA beberapa hari yang lalu, walaupun lambat tetapi pasti gerakan bulan semakin menjauhi bumi kita. Keturunan kita suatu saat nanti tidak akan menyaksikan yang namanya gerhana bulan atau gerhana matahari. Para ahli meyakini sekitar 4,6 miliar tahun ke depan bulan sama sekali tidak akan terlihat dari bumi.
Berawal Dari Ketidaksengajaan
Asal mula diketahuinya gerakan bulan semakin menjauhi bumi, sejak Neil Amstrong orang pertama yang menjejakkan kaki di bulan meninggalkan sebuah jejak panel reflektor di atas 100 keping sermin sebelum meninggalkan bulan pada 21 Juli 1969. Reflektor inilah yang kemudian menuntun manusia pada penemuan fakta mencengangkan.
Memanfaatkan reflektor yang tertinggal di bulan, Prof Carrol Alley, fisikawan dari University of Maryland, Amerika Serikat, mengamati pergerakan orbit bulan. Caranya adalah dengan menembakkan laser dari observatorium ke reflektor di bulan. Di luar dugaan, dari hasil pengamatan tahunan, jarak bumi-bulan yang terekam dari laju tempuh laser bumi-bulan terus bertambah. Diperkuat sejumlah pengamatan di McDonald Observatory, Texas, AS, dengan menggunakan teleskop 0,7 meter diperoleh fakta bahwa jarak orbit bulan bergerak menjauh dengan laju 3,8 sentimeter per tahun.
Seandainya manusia hidup pada zaman dulu, hari-hari yang dilalui manusia akan terasa lebih cepat yaitu sekitar 18 jam sehari menurut para ahli. Tetapi anggapan ini belum bisa dibuktikan walaupun menurut perhitungan yang telah dilakukan terbukti, manusia tidak menyadarinya. Prediksi beberapa juta tahun ke depan menunjukkan bahwa waktu rotasi bumi semakin lambat, sehingga mengakibatkan hari-hari yang dilalui manusia semakin lama. Menurut perhitungan yang telah dilakukan, diperkirakan 30 jam sehari dan 40 hari dalam satu bulan.
Mengenai kebenarannya teori yang dikemukakan para ahli ini belum bisa dibuktikan secara pasti, tetapi sebagai prediksi awal bagi kita umat manusia apa salahnya menyiapkan diri jauh-jauh hari dengan bekal amal baik. Siapa tahu jika bulan benar-benar menjauhi bumi menyebabkan matahari juga ikut menjauhi bumi kita dan kemungkinan kiamat terjadi.
(menyadur dari kompas)

Senin, 22 Juni 2009

Introduction to Correlation IT and Chemistry

Sebagaimana diketahui berkembangnya teknologi informasi saat ini, membuat orang semakin mudah dalam menangani semua hal dalam kehidupannya. begitu juga yang terjadi di dunia Kimia, banyak aplikasi-aplikasi yang langsung compatible dengan perangkat keras yang ada dalam paket pembelian. Sebagai contoh, pengukuran dengan teknik voltammetri yang menggunakan potensiostat sudah dilangkapi program labview yang lengkap menjadi satu paket dengan alat kerasnya.